Kasus
UKM
Kasus UKM yang memiliki Resiko Dalam suatu usaha saat
mengelola suatu produk yang akan dihasilkan dari barang itu belum jadi atau
belum siap dipakai menjadi siap jadi atau siap dipakai. Sebagai salah satu
contoh dari banyaknya jenis usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia yang
memiliki resiko adalah usaha pembuatan kerupuk. Sebut saja pabrik ini
"irma krupuk". Pabrik ini menjual kerupuk dalam jumlah besar tiap
harinya. Sudah banyak distributor dari kerupuk ini. Pabrik ini awalnya hanya
sedikit memproduksi kerupuk namun karena semakin hari permintaan akan krupuk
meningkat maka produksi kerupuk ini akhirnya semakin pesat.
Namun saat permintaan akan kerupuk
semakin banyak makan resiko yang dihadapi pabrik ini juga semakin besar.
Dulunya pembuatan kerupuk pada pabrik ini dengan cara dijemur saat adonan
kerupuk sudah mulai dibentuk melingkar-lingkar namun karena permintaan akan
kerupuk semakin banyak pabrik ini sekarang menggunakan oven khusus untuk
mengeringkan kerupuknya sehingga produksinya semakin cepat dan semakin rendah
pula resikonya. Jika pabrik ini memakai cara pengeringgannya dengan menjemur
adonan kerupuk yang sudah jadi dibawah sinar matahari makan UKM ini akan
menghadapi resiko yang cukup besar. Bicara soal cuaca, pabrik ini harus menyesuaikan
cuaca saat menjemur kerupuk karna itu resiko yang akan dihadapi UKM ini
termasuk dalam resiko tidak disengaja karena UKM ini tidak dapat memprediksi
cuaca yang akan datang tersebut. Syukur saat cuaca sedang terik maka kerupuk
tersebut dapat dijemur namun saat cuaca mendung dan hujan maka penjemuran
kerupuk tersebut harus di hentikan sejenak. Maka timbul lah ide untuk menjemur
kerupuk tersebut di oven maka resiko yang dialami UKM tersebut akan
terminimalis.
Di Indonesia terdapat sekitar 39 juta usaha mikro,
usaha kecil 900.000. Usaha menengah hanya sekitar 57.000, serta perusahaan
besar 2000-an. Namun dalam menjalankan usahanya yang tetap survive dalam
menghadapi krisis ekonomi nasional, kebanyakan di sektor UKM ( Usaha Kecil
Menengah ). Sektor ini terbukti mampu menggerakkan perekonomian nasional lewat
modalnya yang sangat terbatas dimana tidak jarang para pengusaha di sektor ini
menambah modalnya tidak lewat bank ,akan tetapi menggunakan modal yang berasal
dari rentenir. Salah satu hal klasik yang dihadapi oleh pengusaha di
sektor UKM adalah terbatasnya modal yang diberikan oleh pihak bank serta
peluang untuk mendapatkannya. Sebagai contoh , peluang konglomerat lebih besar
dibandingkan UKM. Sampai kini tercatat, konglomerat sudah memperoleh kesempatan
sebesar 900 trilyun . Sementara, pengusaha kecil dan menengah hanya mampu
diberi peluang sekitar Rp 50 trilyun, serta Kredit Usaha.
Namun dibalik kesulitan terutama dalam mendapatkan
modal dan resiko dalam produksi banyak sektor UKM ternyata mampu bertahan
menghadapi terjangan krisis yang menimpa ekonomi Indonesia. Salah satu contoh
dari sektor UKM yang dapat menjalankan usahanya di tengah resiko dalam produksi
ialah di bidang pabrik kerupuk . Namun ada satu hal yang menghambat
pengusaha yang bergerak di bidang pabrik kerupuk, yakni masalah pembuatan
kerupuk pada pabrik ini dengan cara dijemur.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar